Ahlan Wa Sahlan,,
selamat datang di blog saya yang penuh dengan beragam kejutan,,hahaha
yang penting heppi

Rabu, 08 Desember 2010

stratifikasi sosial (social stratification) yang terjadi pada masyarakat


PENGANTAR
Masyarakat manusia terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri pembedanya bisa berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan.
Semua manusia dilahirkan sama seperti yang selama ini kita tahu, melalui pendapat para orang-orang bijak dan orang tua kita atau bahkan orang terdekat kita. Pendapat demikian ternyata tidak lebih dari omong kosong belaka yang selalu ditanamkan kepada setiap orang entah untuk apa mereka selalu menanamkan hal ini kepada kita.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Beberapa pendapat sosiologis  mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian anggota masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan kemampuan berpikir manusia. Pembedaan anggota masyarakat ini dalam sosiologi dinamakan startifikasi sosial.
Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian disebut mobilitas sosial. Sistem Stratifikasi menuruf sifatnya dapat digolongkan menjadi straifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup, contoh yang disebutkan diatas tadi merupakan contoh dari stratifikasi terbuka dimana mobilitas sosial dimungkinkan.
Suatu sistem stratifikasi dinamakan tertutup manakala setiap anggota masyarakat tetap pada status yang sama dengan orang tuanya, sedangkan dinamakan terbuka karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya, bisa lebih tinggi atau lebih rendah.

PEMBAHASAN
Pelapisan sosial atau lebih dikenal dengan stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Yakni dimensi vertikal dari struktur sosial masyarakat, yaitu melihat suatu perbedaan yang ada berdasarkan pelapisan yang ada di masyarakat.

Apakah lapisan tersebut membentuk secara vertikal ataukah lapisan tersebut terbuka atau tertutup ?
Menurut Soerjono Soekanto beliau menyatakan stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyarakat  seperti kue lapis, tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu.
Kriteria apa saja yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan dimensi secara vertikal ini. Paul B Horton  mengatakan bahwa  dua ribu tahun yang lalu aristoteles mengemukakan bahwa penduduk dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yakni : golongan sangat kaya, golongan sangat miskin, dan golongan yang berada diantara mereka. Menurut Karl Marx, kelas sosial utama terdiri atas golongan proletariat, golongan kapitalis (borjuis) dan golongan menengah (borjuis rendah).
Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi sosial sebagai gejala yang universal. Artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun juga keberadaannya pasti akan di dapatkan pelapisan sosial tersebut. Apa yang dikemukakan Aristoteles , Karl Marx adalah salah satu bukti adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat yang sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan kriteria yang sederhana, sekaligus menyatakan bahwa masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas.
Setelah itu lapisan stratifikasi baik tertutup maupun terbuka yakni:
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
Lalu, Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.

Dasar – dasar pembentukan pelapisan sosial
Yakni ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.

Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.
Ukuran kekuasaan dan wewenang Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
  
ANALISA
Analisa yang dapat saya simpulkan ialah bahwa ragam stratifikasi sosial yang beragam dalam masyarakat adalah suatu ukuran sejauh mana tingkatan kita di masyarakat.
Menurut saya ada perbedaan antara pendapat dari masing-masing ilmuwan, tetapi ini semua berada pada satu inti yakni membedakan suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya sistem berlapis-lapis yang ada dalam masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai dalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat.
Lalu terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas, akibatnya distribusinya di dalam masyarakat tidaklah merata. Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah.
Hakikatnya stratifikasi sosial hampir mendekati hukum alam, yakni siapa yang kuat dialah segalanya, begitu pula sebaliknya.
Ini analisa yang dapat saya simpulkan, mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan.

Huallahualam





Kamis, 25 November 2010

Ya Arham al-Rahimin (O Most Merciful!) from Mawlid with Habib Munzir al-...

Majelis Rasulullah (Shollu A'laa Nuuri Ahmad)

kenapa masyarakat yang tinggal di lereng gunung merapi enggan mengungsi

Kesadaran akan risiko (Risk Awareness)

Kesadaran akan risiko adalah suatu pengakuan bahwa risiko merupakan bagian yang terintegrasi dalam kehidupan manusia. Kita tidak dapat mencegah terjadinya gempa bumi, tsunami atau letusan gunung berapi, tetapi kita dapat menghindari atau meminimalisasi dampak dari terjadinya bencana alam itu atas kita dengan cara menyadari benar-benar bahwa risiko terjadinya gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi merupakan risiko yang mau tidak mau harus siap kita hadapi setiap saat selama kita tinggal di Indonesia.
Selain itu juga, Indonesia memiliki sekitar 400 gunung api dimana sekitar 100 diantaranya aktif.
Pemerintah telah mempersiapkan sirene di pos-pos pengamatan gunung Merapi untuk menginformasikan kepada warga akan adanya awan panas dan lahar dingin yang keluar dari erupsi gunung Merapi.

Namun, peralatan-peralatan dengan teknologi mutakhir tidak akan dapat meminimalisasi jatuhnya korban jiwa tanpa adanya kesadaran akan risiko (risk awareness) dan budaya sadar risiko (risk culture) pada warga yang berada di daerah rawan bahaya. 

Faktor lainnya yang menyebabkan warga yang ada dalam zona bahaya tidak mau segera mengungsi adalah adanya keyakinan masyarakat bahwa daerah dimana mereka tinggal tidak akan terkena dampak letusan gunung Merapi.

Contohnya penduduk di desa Kinahrejo, kabupaten Sleman, merasa yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan gunung Merapi. Selama ini, desa ini selalu luput dari ancaman lahar panas Merapi. Tapi, apa yang terjadi ? Desa yang terletak 4 km dari puncak gunung Merapi ini luluh lantak terkena terpaan awan panas pada 26 Oktober 2010. 31 orang tewas.

Ratusan warga di kecamatan Selo kabupaten Boyolali juga menolak untuk diungsikan. Mereka bersikeras tidak mau meninggalkan rumah lantaran merasa yakin daerahnya tidak akan terkena dampak letusan gunung Merapi. Padahal, jarak tempat tinggal mereka dengan puncak gunung hanya sekitar 6 km. “Sejak dulu, daerah kami belum pernah terkena lahar atau awan panas Merapi. Daerah kami aman dan kami tidak mau mengungsi.”
kesimpulan yang dapat kita ambil adalah karena faktor kesadaran akan resiko (Risk Awareness) serta faktor keyakinan yang membuat warga sekitar lereng gunung merapi merasa daerah yang mereka tempati aman karena sejak dahulu daerah tersebut tidak pernah terkena luncuran awan panas (wedhus gembel).
huallahhualam.